Selasa, 24 April 2012

Nimatnya Tubuh Ibu Mertuaku


Meski aku adalah tunangan Riri anaknya, tetapi sejujurnya sedari dahulu aku jauuuuuuuh lebih tertarik dengan Mbak Yayu (selanjutnya aku akan menyebutnya dengan Yayu saja) ibu kandung Riri. Yayu walau berselisih umur 21 tahun dengan anaknya Riri, tetapi bagiku dia nampak jauh lebih cantik dan menggairahkan. Yayu lebih tinggi dari Rini, berbahu lebar, padat berisi dan berkulit putih langsat. Jika kalian masih ingat dan pernah melihat langsung wajah Dian Budiargo penyiar TVRI tahun 90-an, maka seperti dialah bodinya.


Semenatara Riri, meski juga ayu, tetapi memiliki bangun tubuh yang tidak semenarik ibunya dan berkulit lebih gelap. Dalam busana apapun Yayu nampak demikian sexy di mataku. Dia kalem tetapi aku tahu benar dalam kekalemannya tersimpan magma yang akan menenggelamkan setiap lelaki dalam gairah cinta luar biasa. Naluriku sebagai lelaki mengatakan dia adalah seniman ranjang yang pintar menyembunyikan bakatnya. Tentu saja bila kita mampu membangkitkan gairah tersembunyinya, maka dia merupakan partner bercinta yang akan membuat kita senantiasa rindu untuk bergumul dengannya…..Ooooooh.


Mbak Yayuku itu memang kawin muda, menurut kakak-kakakku, dahulu dia kawin di umurnya yang masih remaja karena keburu hamil sebelum menyelesaikan SMA nya, jadi sebenarnya meskipun dia sudah punya anak dara seumur 21 tahun tetapi umurnya masih belum bisa dibilang tua. Baru jalan 37 usia matang untuk bisa melakukan semua aktivitas sex secara sempurna. Oh iya, aku tidak heran bila bapak Riri yang kini adalah pegawai sebuah instansi pemerintah, dahulu tidak tahan untuk mencicipi pacarnya hingga hamil. Tidak bisa membayangkan seperti apa menariknya Yayu saat itu. Jika aku pada posisi bapaknyapun aku yakin aku akan melakukan hal serupa, tidak peduli aku harus kawin muda karena perbuatan tersebut.


Yayu memang bersahabat dekat dengan kakak perempuanku nomor 2 aku sendiri adik nomor enamnya, dan entah bagaimana ceritanya diam-diam aku dijodohkan dengan Riri anaknya yang kalem dan terkenal tidak macam-macam. Rupanya Riri tidak menolak sama sekali saat dijodohkan denganku, maklumlah menurut kawan-kawan wajahku memang dari jenis yang digandrungi wanita, justru aku yang awalnya menolak karena aku tidak terlalu tertarik dengannya tetapi justru jauh lebih tertarik kepada ibunya. Tetapi akhirnya aku nurut juga karena kupikir ini kesempatan untuk bisa lebih dekat dengan mBak Yayu, eh Yayu maksudnya.


Aku aktivis sekolah dan lingkungan. Begitupun Yayu, saat kuliah aku aktif juga di organisasi kepemudaan tempat tinggalku, aku menjabat sebagai ketua seksi kepemudaan, sendang Yayu menjabat sebagai ketua seksi kewanitaan. Aktifitas LKMD desa kami tergolong tinggi sehingga sering kali kami harus mengadakan rapat-rapat sehubungan dengan aktifitas-2 tersebut. Disetiap rapat aku selalu mengambil tempat duduk disebelahnya. Untuk menikmati suaranya yang merdu, betisnya yang sangat indah dan tentu saja menikmati getaran rasa cinta (dan nafsu juga) yang menggejolak setiap kali dekat dengannya. Berangkat dan pulang rapat aku yang menjemput dan mengantarkannya , orang melihatnya sebagai suatu kewajaran karena aku adalah tunangan putrinya. Mereka sama sekali tidak mengerti bahwa sesungguhnya aku jauh lebih menikmati suasana saat memboncengkan Yayu daripada Riri anaknya…….. Aku mengindap oudipus kompleks ? Nggak juga. Aku hanya merasa semua sisi sensual wanita yang kuinginkan terdapat pada dirinya. Sungguh jika dia janda, aku lebih suka melamarnya meski dia 12 tahun lebih tua dariku. Namun apalah daya……… dia masih menjadi istri syah Mas Broto sepupu sangat jauhku. Dan kini aku bahkan tunangan anaknya.


Setelah aku selesai kuliah dan usahaku yang kurintis sejak aku SMA mulai menampakkan hasil, aku dan Riri menikah. Sepanjang prosesi pernikahan yang dilakukan dengan adat Jawa, tidak henti-hentinya aku melirik mertuaku yang malam itu nampak demikian ayu dan menawan dalam balutan busana Jawanya. Pinggangnya ramping, wajahnya begitu segar berseri, pantatnya indah dibalut kain batik nan ketat. Ketika jalan perlahan seluruh gerakan tubuhnya laksana tarian erotis tingkat tinggi yang mampu menggoda birahi siapapun. Aku membayangkan betapa seharusnya dialah mempelaiku malam ini bukan Riri anaknya. Aku sungguh cemburu melihat dia berjalan dalam gandengan suaminya yang adalah mertua lelakiku sendiri.


Mungkin karena obsesi nafsu yang terpendam sehingga malam pertamaku aku memperlakukan istriku yang masih perawan ting-ting begitu buasnya. Aku menggaulinya dengan kasar sambil membayangkan betapa yang kugauli adalah Yayu ibunya. Riri menjerit-jerit kesakitan saat aku menggenjot vaginanya dengan kontolku yang keras dan berukuran di atas rata-rata nyaris tanpa pemanasan sama sekali. Entah berapa kali dalam semalam aku menggaulinya laksana seekor kambing jantan yang birahi.


Aku ingat benar, pagi-pagi ketika Riri bangun ia kesakitan saat harus berjalan turun dari ranjang pengantin kami. Vaginanya bengkak dan beberapa bercak darah mengering di sela-sela selangkangannya. Wajahnya pucat. Rambutnya kusut. Malam pertama yang menyakitkannya mungkin.


‘Iiiiih, kamu kalem tetapi ternyata buas……’ kata istriku pagi harinya sambil menahan sakit di selangkangannya.


‘Yah, itulah adanya aku……’


Berturut turut selama empat malam sesudah itu, dia enggan dan takut melayaniku karena baginya mungkin berhubungan seks adalah sesuatu yang menyakitkan. Aku bisa menggauli lagi istriku setelah secara diam-diam mencampurkan obat perangsang pada minumannya. Tentu saja kali ini aku melakukannya dengan lebih hati-hati karena takut istriku kesakitan akibat sodokanku yang liar dan ganas karena nafsu terpendamku. Tapi tentu saja aku melakukannya sambil membayangkan bahwa perempuan yang kucumbu dan kugauli adalah Yayu, mertuaku yang ayu menawan. Hubungan seks kami yang malam itu lebih kalem membuat istriku menikmatinya. Terbukti setelah malamnya aku menggauli dia tiga kali pagi-paginya dia mau lagi melayani nafsuku yang serasa tidak pernah mau terpuaskan itu. Dan dia menikmati cumbuan-cumbuan liar dan erotisku. Riri tidak henti-henti mengagumi ‘rudalku’ yang memang besar, panjang dan amat keras saat sistim hidroliknya bekerja.


Selama sebulan aku tinggal di rumah mertuaku membuatku lebih sering berdekatan dengan Yayu. Aku sengaja sering membelikan segala sesuatu sama dengan apa yang kuberikan kepada Riri istriku. Aku mengatakan kepada Riri bahwa itu semata-mata tanda hormat dan sayangku kepada sang ibu. Tentu saja Riri yang lugu tidak tahu bahwa pemberianku tersebut adalah ada udang di balik batunya. Pembaca, Yayu sungguh nampak semakin menawan saat dia menggunakan daster warna warni, tubuhnya yang tinggi padat semampai, dadanya yang masih kencang dan kulitnya kuning langsat sungguh-sungguh membuatku merasa demikian terpesona secara seksual, aku ingin menciumnya dari ujung kaki hingga ubun-ubunnya. Ingin kenikmati setiap inci pesona seksualnya dengan segenap kemampuan erotis romantisku. Tapi tentu saja aku berusaha sekuat tenaga untuk menahan segala gelora asmaraku yang kian menggelegak terhadapnya. Sebuah perjuangan yang berat tentunya.


Saat kami harus pindah ke rumah kami sendiri yang telah kubangun sebelum kami menikah aku menghadiahi mertuaku dengan seperangkat alat kebugaran berikut instruktur yang kusewa beberapa bulan mengajari kedua mertuaku menggunakan alat tersebut untuk kebugaran dirinya. Tentu saja semua ini dengan maksud terselubungku agar tubuh sexy dan indah mertuaku bertahan lebih lama dan aku kelak akan berkesempatan ‘memetiknya’. Meski sampai saat ini aku tidak tahu bagaimana harus memulainya untuk melakukan hubungan lebih intim dengan mertuaku tersebut.


Mungkin karena serangan-seranganku yang ganas dan kami berdua memang subur sehingga menginjak bulan ketiga Riri telat dan setelah kami periksakan ke dokter ternyata dia mengandung…..Celakanya setelah ketahuan mengandung Riri tidak mau melayaniku sama sekali karena takut kandungannya terganggu…..Berabe sekali karena hasrat seksualku sangat menggebu-gebu.


Karena bulan-bulan awal kandungannya dia terus mual-mual dan muntah-muntah akhirnya dia minta untuk tidak membantuku di toko bangunan yang kami kelola. Tentu saja ini menjadi entry poin yang bagus untuk berdekatan dengan mertuaku hanya berdua saja secara lebih intens, karena Riri mengusulkan agar ibunya yang memang cerdas membantu mengurus toko. Pendek kata mulai hari itu setiap hari kami mempunyai kesempatan untuk berdua sepanjang hari, bercanda dan makan siang serta sarapan bersama. Aku mencoba membuang batas dengannya. Langkah maju segera kudapat sejak hari pertama dia membantu di tokoku aku minta diijinkan untuk tidak memanggilnya ibu tetapi dengan sebutan hanya embak saja seperti dahulu. Dia mau dengan syarat itu dilakukan hanya bila kami berdua saja. KArena takut anggapan yang enggak-enggak. Tentu saja aku setuju dan aku merasa yakin bahwa Yayu yang cantik dan kalem dan terkenal setia ini bisa untuk diajak masuk lebih dalam kedalam affair yang sudah ingin segera kubangun. Dari cara memandangya kepadaku pun sebenarnya aku mulai menangkap kesan bahwa dia suka ke aku tidak pada porsi sbg ibu mertua ke anak menantunya tetapi lebih seperti wanita dewasa ke pria dewasa…….


Pintu mulai lebih terbuka ketika hari Sabtu itu datang ke toko dengan mengenakan span yang ketat dan sedikit di atas lutut. Aku terpesona kepada kakinya yang jenjang mulus dan indah terlihat lebih menawan.


“mBak cantik sekali hari ini………..” Kataku spontan
“Ah kamu bisa saja….Aku sudah hampir empat puluh. Sudah tua…..” Katanya sambil tersipu sementara wajahnya merah menahan malu dan bangga.
“Tidak kok. Mbak nampak indah cemerlang hari ini……” Kataku mengumbar rayuan gombal yang jujur. Yayu hanya tersenyum kemudian mencubitku. Aku sungguh melayang ke langit saat cubitan manjanya mengenai tanganku.


Mungkin karena kegembiraan kami sehingga toko kami demikian laris hari itu. Sepanjang melayani pelanggan kami terus bercakap dan bercanda, hingga tiba makan siang saat dia mengambil posisi duduk aku benar-benar terpana melihat paha indah mulusnya didepanku. Aku terus memandanginya sampai dia tersadar bahwa pahanya yang indah menjadi santapan lezat mataku.


‘Adi, jangan memandangi mbak seperti itu ah……..’
‘Maaf mbak, tapi itu indah sekali……….Sangat indah mbak, jauh lebih indah dari Riri’ Kataku tanpa pikir panjang dan membuat Mbak Yayu benar-benar tersipu dan melongo beberapa saat. Sejak saat itu, sepanjang saat makan aku terus berusaha menatap ke arah pahanya tanpa canggung aku sengaja memprovokasi birahinya, sehingga benar-benar membuatnya nampak serba salah. Kupikir inilah serangan pendahuluan yang sudah harus kumulai. Kami tidak bercakap sedikitpun, dia nampak begitu kikuk. Tetapi tidak nampak marah. Syukurlah. Berarti hari ini bisa jadi semua obsesi terpendamku untuk menyerahkan segala yang kumiliki kepadanya bisa terpenuhi….


Seperti biasa di hari Sabtu toko hanya buka sampai jam dua siang. Aku telah bilang ke Riri, Mertua Lelakiku, juga Yayu sebelumnya bahwa meski toko tutup dan karyawan pulang aku dan Yayu akan meneruskan kerja sampai agak malam untuk melakukan stock opname barang dagangan kami. Ketika toko sudah sepi Yayu nampak menjadi semakin kikuk karena aku terus melahap dengan mataku keindahan tubuhnya.


‘Terus apa yang harus kulakukan untuk bantu pekerjaanmu?’ Tanyanya setelah kami duduk di sofa kantor toko kami yang terletak dibelakang toko kami. Aku sengaja tidak menjawab dan terus memandangnya dengan mesra dan membuatnya benar-benar salah tingkah. Ternyata mertuaku memang cantik memesona…….


‘Ditanya kok malah senyum-senyum sih Di……..’


‘Siapa yang mau stok opname?’
‘Terus……..?’
‘Saya hanya mau berduaan dengan kamu kok Yu……’
Yayu nampak kaget dengan keterusteranganku, apalagi aku menyebut dia tidak lagi dengan embel-embel mbak apalagi bu di depan namanya ’ Maaf aku tadi tidak bisa menahan diri saat melihat pahamu yang sudah sejak lama kukagumi kelihatan saat rokmu tersingkap…….Itu pemandangan paling menggetarkan gairahku.’


Aku menghentikan kalimat rayuanku. Sekedar ingin melihat reaksinya. Dia nampak demikian kaget, tetapi tidak menunjukan sama sekali tanda-tanda kemarahan. Burungku serta merta mulai bereaksi menegang, minta jatah yang sudah lama ingin dinikmatinya. Sementara aku sudah bertekad apapun yang terjadi aku harus bisa menuntaskan gairah nafsuku terhadap Yayu mulai hari ini. Apapun yang terjadi. Syukurlah nampaknya semuanya berjalan lebih mudah dari yang sebelumnya kubayangkan. Kini bahkan dia sama sekali tidak berani melawan tatapan mataku, seperti perawan yang baru pertama kali menerima pernyataan cinta seorang lelaki sementara dia sendiri sudah lama menantikan peristiwa itu. Nampaknya aku tidak perlu memperkosa mertuaku yang ayu ini, hanya aku masih harus tetap berhati-hati.


‘Sejak mengerti kehamilannya Riri sama sekali tidak mau melayaniku karena takut. Itulah mungkin yang membuatku tidak bisa menahan diri tadi.’


‘Nggak papa aku bisa maklum…..aku hanya kaget saja.’ Yayu, mertuaku nan jelita itu menjawabku dengan pelan dan wajah tertunduk.


Aku berpindah duduk mepet mendekatinya, desiran jantungku tidak karuan, kulihat dia juga mengalami perasaan galau serupa.


Aku mencoba meraih jemari runcingnya yang indah, awalnya dia menolak tanganku. Tetapi aku tidak menyerah, aku tahu benar penolakan ini sebenarnya bukan penolakan yang ikhlas. Di usahaku yang ketiga jemari indahnya telah pasrah berada dalam genggamanku, perasaan bahagia mengguyur sekujur tubuhku.


‘Kamu tahu dari dahulu aku sudah kagum dan mencintaimu, tetapi tidak tahu bagaimana cara mengungkapkannya. Kamu tahu nggak dari dahulu aku selalu duduk di dekatmu dan berusaha mengantarkanmu kemanapun kamu pergi. Itu semua bukan untuk Riri, tetapi untuk kamu sendiri…..sungguh.’


Yayu sendu menatapku, aku balas menatapnya. Kulihat ada genangan basah di kedua ujung matanya.


‘Aku juga diam-diam sayang kamu dari dulu Ad. Tapi aku merasa itu bukan perasaan yang wajar karena aku jauh lebih tua darimu dan juga sudah berkeluarga.’


Katanya pelan sekali nyaris tidak kedengaran, aku sungguh kaget dengan pernyataannya. Mengapa tidak sedari dahulu aku tahu ? Menyadari keadaannya secara refleks aku melingkarkan tanganku ke bahunya ia tidak menolak. Aku dekap bahunya dari samping dengan mesra, dia menangis.


‘Mengapa dari dahulu aku tidak tahu Yu ? Mengapa kamu sembunyikan ?’
‘Aku merasa tidak pantas. Kamu tahu setiap kali berdekatan denganmu akupun merasa bahagia, hatiku berdesir, apalagi bila aku duduk di boncenganmu aku selalu berusaha keras agar tidak memelukmu. Aku malu.’


‘Aku juga menyayangimu dari dulu, aku ingin punya anak denganmu.’


‘Bagaimana caranya ? Aku mertuamu sekarang.’


‘Memang kenapa ? ‘


‘Kita memiliki kesempatan terbuka untuk menuntaskan segala hasrat mulai sekarang kan Yu. Kita tahu hati kita masing-2. Terserah kamu saja. Aku siap jadi suami keduamu…….’ Kulihat Yayu tersenyum, aku tahu itu senyum bahagia.


‘Selain dengan bapaknya Riri, aku belum pernah menjadi kekasih siapapun. Tetapi meski ini gila, rasanya aku tidak bisa menolak bila kamu memintaku menjadi madu dari anak kandungku sendiri Riri….Aku sayang kamu Ad.’ Dia mengatakan itu dengan mantap, matanya memancarkan gairah cinta dan birahi yang meluap.


‘Yayu, maukah kamu menjadi istri keduaku?’


Yayu mengangguk mantap, aku segera merengkuhnya kulumat bibir indah mertuaku yang seksi itu dengan segenap kerinduan dan nafsu yang membara, dia membalas dengan tidak kalah serunya. Kami saling memagut, mencipok, lidah kami saling memilin suara keceplak-keceplok dan desah gairah kami terdengar begitu jelas di meja kerja. Rudalku sudah menegang sempurna layaknya moncong meriam yang siap menembus sasaran.


Aku berpindah ke arah depan posisi Yayu, semua agar lebih mudah untuk saling memagut dan berpelukan. Aku dekap mertuaku lebih erat, kupagut bibirnya lebih dalam, ia mendesah, menggelayut pasrah.


‘Aku selalu membayangkan saat seperti ini’ katanya diantara desahannya.


‘Aku juga…..Yu, aku kepengin segera menyemprotkan benihku di rahimu.’


‘Lakukan saja Adi sayang, aku milikmu sekarang.’


Setelah puas dengan pagutan demi pagutan yang luar biasa panasnya, aku kemudian mulai menyerang leher jenjang dan daerah di sekitar telinganya. Yayu mendesah – desah tidak karuan, kurasakan dadanya yang montok semakin mengeras, padahal aku sengaja belum melakukan ‘tindakan’ apa – apa terhadap daerah itu. Setelah beberapa lama kemudian aku melepaskan pelukanku. Segera kulepas celana dan bajuku. Aku sedikit terkejut juga saat mertuaku Yayu juga melepas rok dan celananya, tetapi saat dia mau melepas BHnya aku melarang, aku ingin melakukannya sendiri dia setuju.


Sejurus kemudian aku sudah melumat seluruh daerah lehernya tanganku melepas kait behanya dan kemudian kulucuti, buah dadanya besar indah dan proposional menyembul bebas membangkitkan birahi. Dengan sangat lembut aku membelainya, ia mendesah merem melek. Hanya beberapa saat aku sudah tidak lagi bisa menahan diri, kucocor dengan buas buah dadanya yang indah itu di bagian sebelah kiri, ia menjerit menahan kenikmatan. Tangan kiriku dengan ganas meremas buah dada yang satunya sementara tangan kananku bergerilya kearah pangkal pahanya. Aku menyentuh bulu-bulu vagina yang subur, kontolku semakin tegang. Tangannya mulai menggerayangi tubuhku juga, satu diantaranya menyusup kedalam celana dalamku. Saat tangannya menggapai senjataku dia terpekik, dan aku serta merta melapaskannya dan menghentikan cumbuanku.


‘Ada apa ?’ Kataku gemas.


‘Barangmu besar sekali…..’


Aku segera melepas satu-satunya pakaian yang masih menempel di tubuhku. Batang meriamku serta merta berdiri tegak dengan gagahnya. Yayu terpana, kubimbing tangannya untk kembali mengelus burungku yang kini berdiri bebas. Saat tanganya yang halus dan jemarinya yang runcing menyentuh kelaminku aku merasakan sensasi luar biasa. Sementara pemandangan nampak begitu kontras, karena meski aku sebagai orang Jawa memiliki kulit putih tetapi rudalku berwarna coklat kehitaman dan nampak gagah. Saat ini rudal tersebut berada dalam genggangam jemari Yayu yang runcing indah dan kuning langsat, kontolku berdenyut-denyut dan mertuaku nampak begitu bahagia dan senang dapat mengelus burungku yang ternyata sudah lama dia rindukan juga.


Menyadari sempitnya sofa kantor aku segera membopong tubuh indah nan sexy mertuaku ke kamar istirahat yang berseprei harum dan berkasur empuk, saat kubopong tangannya masih menggenggam kontolku dengan mesra. Seakan tidak ingin melepasnya lagi.


‘Jangan kuatir itu milikmu seutuhnya hari ini….’


Ia tersenyum manja dan mencium pipiku, aku membalasnya dengan ganas ke bibirnya yang indah sekali itu.


Aku merebahkan dia dengan hati hati kemudian aku melucuti celana dalamnya, aku benar-benar terpesona dengan keindahan tubuh mertuaku, pangkal vaginanya pun putih mulus dengan rambut hitam legam dipinggir, vaginanya nampak terawat dan kencang, burungku meronta tidak karuan saat melihat sarang terbaik yang dirindukannya terpampang di depan mata……


Aku elus paha mulusnya dengan serta merta dia bangkit dari posisi berbaring, melumat bibirku meremas kontolku dan menarikku rebah di tubuh bagian atasnya, aku terjatuh diatas payudaranya yang kenyal lalu memekik manja, lirih,


‘Kamu telah membuat aku orgasme sementara kamu belum apa-apakan sama sekali daerah vitalku…..’


Aku tersenyum,


Kuremas buah dadanya kulumat bibirnya, dia membalas, tangannya lembut mengocok burungku. Oooooooohhhhhhhhhhhhhhhhhh……………..begitu nikmat rasanya.


Aku dekap lebih erat dirinya, tanganku meraih vaginanya, dengan lembut kuelus elus dan ternyata cairan kental telah banyak terkumpul di sana. Aku menurunkan seranganku ke daerah seputar pusar, kujilat dan ku gigit pelan daerah itu dia menjerit lirih. Sementara itu aroma vaginanya begitu merangsang, aku segera turun dan kuciumi vagina yang dulu menjadi jalan keluar Riri istriku saat pertama kali muncul di dunia fana ini, aku buka pahanya, vaginanya begitu wangi dan merah, sementara epitelnya telah luber, dengan rakus aku sedot cairan itu, aku emut klitorisnya kasar, dia berteriak dan menggelinjang-gelinjang, lidahku menyusup masuk lebih dalam, dia menggeliat kasar tangannya mencengkeram kepalaku, pahanya mengapit kepalaku, terasa sesak tetapi aku berusaha terus merasangnya, aku terlalu paham bahwa mertuaku kini tengah dipuncak birahi dan mendekati orgasme. Tidak berapa lama kamudian dia berteriak kencang dan seluruh tubuhnya bergetar hebat, cairan hangat menyembur dari vaginanya, dengan rakus aku menjilati memek kekasihku menghabiskan semua lendirnya. Sementara secara perlahan nafas memburu mertuaku mulai mengendur. Jepitannya pun mengendur juga, tetapi burungku tentu saja masih tegak berdiri.


Sisa-sisa epitel dan semburan mani kewanitaanya aku jilat sampai tandas. Lidahku menyusuri dinding vaginanya, dia melenguh dan menggelinjang lagi.


‘Adi oooooooooooh……… kamu benar-benar menantu, kekasih dan suami gelapku yang nakal’ katanya.


Aku bangga juga dengan ‘gelar’ yang diberikannya kepadaku.


Seranganku tidak mengendur, semakin ganas, sembari lidahku melumat habis kewanitaannya, tanganku masih rajin dan makin rajin meremas payudara montoknya. Kontolku terasa begitu tegang hingga agak sakit. Tetapi aku berusaha untuk bersabar, aku sungguh-sungguh ingin membahagiakan kekasihku ini dan berharap bisa membuatnya benar-benar mendapatkan sensasi seks maksimal. Sebuah seri orgasme yang mungkin saja belum pernah dia dapatkan seumur hidupnya.


‘Adi oooooh, kamu apakan lagi aku? Aku sudah dua kali mencapai puncak….aku lemas’


Kuhentikan sebentar aktivitasku di selangkangannya.


Aku melumat bibirnya, ia membalasnya dengan amat mesra bibirnya terpejam.


‘Aku ingin mengajakmu ke puncak berkali-kali…..aku ingin mengajakmu ke puncak surga dunia.’


‘Kamu tahu sayang, baru kali ini aku bisa orgasme dua kali sementara burungmu sama sekali belum menyentuh kewanitaanku……… ‘


‘Kamu sudah tidak sabar….?’


Yayu mengangguk manja; “Tapi jangan sekarang aku sudah tidak sanggup……”


‘Kamu akan segera mendapatkanya dan akan ada cukup tenaga untuk menikmati puncak kenikmatan bersamaku……’


Segera kulumat bibir mertuaku, ia membalasnya dengan begitu antusias, tanganku meremas-remas payudaranya yang kini sudah kembali mengeras. Kemudian kuciumi leher putih, halus dan jenjang, keteknya yang bersih tak luput dari serangan bibir dan kumisku. Saat aku menyerang keteknya yang wangi dia terpekik kaget, kemudian meronta. Kini aku tahu rupanya ketiaknya merupakan titik lemahnya. Aku meningkatkan intensitas seranganku, ia menggelepar gelepar meremas-remas kepalaku dan tangannya meraih kontolku, kemudian dikocoknya kontolku dengan keras dan cepat. Aku raba vaginanya basah sekali. Kini aku tidak lagi bisa menahan diri, birahiku sampai kepuncak.


Sebentar aku cium vaginanya yang sudah sangat basah, dia mengerang.


Segera saja aku tindih penuh dia yang pasrah, burungku yang laksana meriam itu kemudian kuarahkan ke liang rahimnya.


Menyadari aku mulai mengarahkan senjataku untuk ‘penyelesaian akhir’ ia menutup mata dan menggigit bibir.


Melihat mimiknya yang demikian ekspresif aku kepengin mengekploitasinya lebih. Rudalku kuhentikan hanya di bibir kelaminnya, aku kemudian melumat bibirnya, tanpa sadar dia melayani pagutan ganasku. Sejurus kemudian dia menghentikan. Menarik wajahnya sedikit menjauh dan cemberut;


‘Teganya sih kamu mempermainkan birahiku…… aku dan gak tahaaaaan Di’ Katanya merintih.


Inilah saatnya aku menyerang dengan serangan paling mengesankan. Segera kutusukan senjataku dengan intensitas agak tinggi, dia terpekik….


‘Adiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii…………….. besar dan keras sekali sayaaaaang’


Ketika mencapai setengah dari seluruh panjang senjataku aku berhenti. Yayu nampak begitu kesakitan. Aku melumat bibirnya dengan halus, ia membalasnya dengan desahan penuh birahi.


Senjataku kutarik sedikit, dia meringis, matanya terpejam.


Kembali kutekan senjataku masuk ke liang rahimnya lebih dalam, ada jerit lirih tertahan.
Tetapi kini sudah liang kemaluannya sudah lebih licin, penetrasiku tidak kuhentikan. Aku semakin menghujamkan meriamku lebih dalam…..Dia menggelinjang dan mendesah, ketika semua sudah tertanam penuh dan rambut kemaluan kami sudah saling berhimpit. Kurasakan denyut-denyut kenikmatan merata menekan rudalku dari seluruh bagian vaginanya yang kini nampak kewelahan menampung rudalku yang hitam besar dan memiliki ujung helm yang besar juga (menurut teman-temanku besar helm dan rudalku di atas rata-2).


Aku menghentikan penetrasiku, memberi kesempatan agar vaginanya melakukan adaptasi dengan rudalku.


Yayu masih terpejam, tangannya erat mencengkeram sprei,


Vaginanya terasa berdenyut,


Aku merenggangkan dekapanku, sementara seluruh berat badan ku pindah ke bagian bawah tubuhku, sehingga tanpa sadar sisa batang rudalku tertekan masuk seluruhnya kedalam kelamin Yayu…..ia menjerit lirih. Sungguh jeritan yang mengundang birahi. Rudalku kian menegang.


Aku tatap seluruh wajah Yayu, dalam puncak birahinya dia nampak jauh lebih cantik. Tubuhnya nan polos indah kini sempurna dalam penguasaanku. Aku lumat bibirnya perlahan, matanya masih terpejam. Dia meraih kepalaku, membalas dengan lumatan yang halus mesra…..


‘Di aku menyayangimu………….’ Katanya bergetar.


‘Aku juga Yu…… Kamu istriku kini.’


Dia membuka mata, tersenyum maniiiiiiiiiiiiiiiisssssssssssssss sekali, membelai rambutku, aku balas menatap matanya dengan senyum tulusku, kamu bersitatap dengan dalam. Dia menyerahkan jiwa raganya ke aku, akupun demikian.


Pelan kami saling mendekatkan wajah, matanya tertutup, bulu-bulu matanya nampak demikian indah, kulumat bibirnya penuh khidmat, dia juga melakukan hal serupa. Tidak berapa lama kemudian ciuman kami menjadi semakin liar. Dia menggoyangkan pinggul, pelan tetapi penuh tenaga, erotis. Aku baru sadar bahwa kontolku masih menancap penuh di vaginanya. Kurasakan kini vaginanya sudah lebih basah, apalagi kini kedutan-kedutanya ssemakin terasa saat dia menggoyangkan pinggul. Aku mengimbanginya dengan cara serupa, pompaan yang lembut ritmis.


Yayu merintih erotis menahan nikmat, ia memelukku erat, dadaku menekan penuh payudara yang kukagumi. Sementara pinggul kami bekerja sama memompa semua kenikmatan mulut kami tidak henti saling pagut. Goyangan dan pagutan kami semakin liar. Dan liar……


Yayu mendesah. Merintih. Mengerang penuh nikmat.


Akupun demikian.


Kami saling mendekap, menggoyang, mendesah kian liar……


Kumisku kuarahkan menyentuh ketiaknya yang harum,


Ia merintih penuh birahi, aku menaikan turunkan pantatku dengan syahdu


Ia membalasnya dengan goyangannya yang aduhai.


Ia menggigit leherku, aku menyapu seluruh leher jenjangnya penuh sentuhan birahi.


Yayu merintih-rintih seolah mengatakan betapa persenggamaan ini begitu indah dan nikmatnya.


Pelan-pelan kurasakan ritme goyangannya menjadi sedikit liar.


Makin liar……


Mendesah, kami mendesah, kami saling mendekap, payudaranya mengencang, rintihannya begitu merangsang hasratku. Aku mengocok kian kencang.
Hingga kemudian dia mencengkeram rambutku, aku tahu dia akan kembali orgasme aku naikan intensitas kocokanku.


Yayu memekik hebat mengejang dan berkelojotan…………..


Kami berpelukan sangat erat, butir-butir keringat memenuhi wajahnya. Kurasakan vaginanya berdenyut ritmis seperti mengurut kontolku, aku sudah merasakan nikmatnya orgasme jiwa, tetapi secara fisik aku belum orgasme. Mungkin karena aku begitu intensnya menikmati persenggamaan ini. Kontolku masih perkasa menancap di selangangkangannya yang kini masih kurasakan berdenyut-denyut ritmis dan membuatku merasa melayang entah kemana.


Yayu masih memejamkan mata, aku tahu dari ekspresinya dia telah terpuaskan oleh persenggamaan ini. Aku menciumi kening dan pipinya, kusibak rambutnya yang kini basah oleh keringat birahi kami. Ia membuka mata, lalu tersenyum, dengan manja dia memeluk lebih erat aku, mengecup lembut dua pipiku. Aku tidak ingat dia mertua perempuanku, dia pun mungkin lupa bahwa aku suami anaknya.


‘Terima kasih……’ Katanya dengan mata sayu, sayu yang sendu.


Aku hanya membalasnya dengan senyum, ia meminta ruang, lalu pandangannya mengarah kebawah, ke selangkangan kami.


‘Kamuuuuuu……..’ Katanya dengan setengah tidak percaya.


‘Aku masih mampu mengajakmu ke puncak tertinggi lainnya……’ Kataku berbisik sambil kucium bawah telinga kekasihku.


Ia mencubit punggungku dengan mesra, aku melumat lehernya yang berkilat karena keringat.


‘Bawlah aku ke mana saja, tepi beri aku sepuluh menit untuk beristirahat….’


Aku tidak memperdulikannya, aku balik badannya, rudalku masih menancap jantang di selangakangannya. Dia kemudian mengambil posisi menungging, aku baru menyadari dalam posisi ini dia nampak begitu sexy sempurna. Pinggangya kencang karena terlatih, lalu pantatnya bulat kencang juga, sedikit mengkilat karena keringat kami.


‘Kamu begitu cantik dan sexy saat dalam posisi ini sayang…..’ Kataku, ia berpaling memandangku mesra, lalu tersenyum.


‘Ambilah diriku…..puaskanlah dirimu…… Aku siap menampung benihmu, taburkan saja….’ Katanya kemudian, aku sosor bibir indahnya, hanya sebentar kucium punggungnya kuremas kasar payudaranya. Ia menjerit mendesah, mencoba meraih tanganku. Aku tahu kini dia mulai terangsang lagi. Aku mulai menggenjot lagi pantatku, betapa halus bokong mulusnya, membuat nafsuku melejit tidak terhalangi.


Genjotanku makin keras, dia mendesis menahan nikmat.


Aku remas buah dadanya, kupilin lembut ujungnya dia menjerit lirih. Goyangan pantatnya menggila. Nafsukupun meluap…….aku menggenjot demikian keras hingga dia terguncang-gunjang, gerakan punggungnya sungguh sexy, membangkitkan gairah.


Aku terus menggenjotnya liar.


Kami mendesis, mendesah, menikmati puncak birahi kami.


Suara keclak, keclok terus terdengar seiring dengan keluar masuknya kontolku ke memeknya, aku lihat tetes demi tetes epitel turun deras dari lubang memeknya yang kini mekar sempurna karena sodokan kontolku. Aku semakin bersemangat menggenjotnya.


Kini mulai terasa terkumpulnya sperma dan maniku di bawah perutku dan mulai merambat inci demi inci ke dalam saluran kontolku, rasanya luar biasa nikmat apalagi menyadari bahwa segera saja air maniku akan menyemprot memeknya. Peristiwa yang sudah kuimpikan demikian lama. Aku kesetanan menggenjotnya serasa tengah terbang ke angkasa…..


Ia menjerit lirih mendesah meremas-remas seprei dipan tempat kami bersetubuh. Aku melengking nikmat ketika kurasakan puncak orgasme tidak mungkin kutahan lagi kusodok dengan keras lubang kewanitaannya diapun mengejang kejang lagi tanda orgasme juga tengah di ambang rasanya. Aku mempercepat kocokanku, kurasa semburan pertama benihku mulai membasahi rahimnya, sementara dari memek harumnya juga kurasakan semprotan kewanitaannya melimpahi kontolku yang terus menerus berdenyut-denyut memompa persediaan air maniku sampai tandas mengisi relung rahimnya. Kali ini empotan memeknya terasa lebih kuat. Beberapa saat kami saling terdiam menikmati sisa puncak kenikmatan kami.


Dia perlahan menurunkan tangannya, kemudian dengan penuh perasaan kubalikan badanya, ketika kami sudah dalam posisi berhadapan dia memandangku begitu sendu sebuah ucapan terima kasih sangat tulus kukira. Aku memeluk erat tubuh bugilnya, kontolku meski baru saja menyemprotkan begitu banyak sperma masih menancap di memeknya. Ia membalasnya. Kini titik airmata bahagia mengambang di pelupuk matanya.


‘Aku mencintaimu ……’ Bisikku


Dia memandangku dengan amat mesra, lalu mengangguk dan menciumi wajahku…..


‘Akupun demikian, sudah sangaaaaaaat lama aku membayangkan bisa menikmati persenggamaan seperti ini……. Bersamamu. Terima kasih telah memberikan pengalaman baru buatku……’ Katanya lirih, diantara deru nafasnya yang kini mulai menjadi teratur.


Pelan-pelan rudalku mulai mengendur, jam sudah menunjukan angka 5 kurang limabelas menit. Lebih dari dua jam kami bercinta, kami masih saling mengecup mencium dan membelai. Aku menunjukan jam kearahnya, setengah jam lagi…katanya. Aku tersenyum mengangguk.


Kami berciuman syahdu, dia membisikan kata cinta yang begitu memabukkan.


‘Aku ikhlas menyerahkan kehormatanku untukkmu, kamu pria perkasa, bahkan jika benihmu tumbuh di rahimku aku akan merawatnya……’


Dia mengungkapkan kalimat itu dengan sepenuh perasaan. Ah, benarlah dia rupanya memang seniman ranjang. Tidak hanya bodinya yang indah merangsang, goyangannya yang membuai, kata-katanya pun membuat aku merasa tersanjung dan bernafsu, belum lagi tatap matanya indah mengundang…….


Meski aku tahu aku baru saja mengeluarkan entah berapa cc air mani ke liang kewanitaannya, perlahan tapi pasti kontolku yang hampir kembali ke titik normal mengeras lagi.


Menyadari kontolku mengeras lagi, dia tersenyum, memandangku sebagai undangan bercinta dan kemudian membela rambut dan punggunggku penuh perasaan. Aku lumat bibirnya, dia mendesah kembali…….


‘Kamu tidak ada puas-puasnya ya………..? Pantas saja dahulu Riri sampai trauma melayanimu………..’


‘Aku membayangkan dirimu ketika memerawaninya…………..’
‘Kamu jahat kalau begitu…..Riri amat sangat menyanjungmu…….’
‘Saya tahu. Kini tentu aku akan lebih kalem saat diranjang bersamanya…..’
‘Mengapa….?’
‘Aku sudah mendapatkan yang paling kuinginkan……. Siapa dia coba……?’


Dia tersenyum malu….. pipinya yang putih ranum dan dewasa memerah.


‘Kamu……’Kataku


Dia mancubit pingganggku dengan manja, melumat bibirku ganas dan menyapu leherku dengan bibir tipisnya. Kontolku kembali mengeras sempurna, hari telah semakin sore.


‘Maaf sayang, aku akan menggenjotmu sedikit kasar…….’ Kataku.


Ia hanya memandangku dengan pandangan sayu pasrah, aku mulai menggenjotnya dengan ganas, maklumlah nafsuku kembali mememuncak dan karena waktu aku tidak boleh berlama-lama lagi menggumulinya.


Ia merintih-rintih sambil menggoyangkan pinggul sama cepatnya dengan kocokanku, kedua tangannya memeluk erat tubuhku, aku menjatuhkan seluruh badanku menindihnya. Selain bunyi alat kelamin kami clak, clok, clak, clok, maka hanya suara derit ranjang dan rintihan penuh birahi yang terdengar. Rintihan tersebut berganti menjadi desahan saat kedua bibir kami saling melumat. Aku terus mengocoknya dengan buas……


Sekitar duapuluh menit kemudian dia memelukku dengan lebih erat, seluruh tubuhnya mengejang, akupun merasa segera sisa spermaku akan menyembur, kepercepat entotanku dia menggelepar akupun begitu …….


Tidak lama kemudian kami saling berteriak untuk kemudian saling melumat dengan ganas saat kami menikmati orgasme bersama ………..


Kontolku terasa sedikit perih….. tapi nikmat


Dia memelukku erat-erat….. memeknya berdenyut denyut, mengurut habis kontolku, memeras air mani terakhirku……


Sayang untuk kali ini kami tidak bisa berlama-lama menikmati akhir ini.


Setelah denyutanya berhenti aku menarik kontolku yang masih agak tegang, dia dengan berat hati melepas rengkuhanku.


Saat kontolku lepas dari jepitan vaginya, aku melihat bentuk memeknya terbuka begitu merangsang, ingin rasanya kembali memasukkan rudalku kedalam memek itu. Dari vaginya kemudian menetes cairan putih kental sisa kenikmatan kami. Beberapa saat dia masih tidur terlentang dengan paha mengangkang, pahanya sungguh indah, putih berkilat dan begitu mulus, aku membelainya, dia kemudian berusaha untuk duduk, aku peluk dia dan dalam keadaan bugil aku pangku, keringa kami bercucuran. Saat kupangku cairan kental itu semakin banyak mengalir keluar, maklumlah tiga jam kami bersenggama, dan entah berapa kali dia mengalami orgasme. Aku sendiri mengelami dua kali orgasme nan nikmaaaaaat, orgasme jiwa raga. Aku kaget saat kudapati bercak darah walau sedikit diantara ceceran air mani kami di sprei.


‘Nggak papa, mungkin aku agak lecet karena punyamu begitu besar dan keras.’
‘Benar-benar tidak sakit?’
‘Benar…….. hanya enaaaaak…..’


Aku tersenyum kutowel pipi ibu mertuaku gemas, dia menggelendot manja di pangkuanku, tentu kami masih bugil.


Tidak berapa lama meski masih lemas kugendong dia ke kamar mandi, kami mandi berdua membersihkan badan yang penuh cipratan air mani. Dia menyabuni seluruh tubuhku, rudalku dielus-elus hingga bangun lagi. Sayang waktu mematahkan hasrat ketigaku sore itu………………


Setalah mengemasi sprei penuh sperma kami segera bergegas keluar dari toko sesaat sebelum senja. Aku tidak tahu cara dia menyembunyikan sprei penuh bercak sperma dan sedikit tetesan darah tersebut dari suaminya……..di rumah. Mungkin dia langung memasukan di mesin cuci lalu memutarnya……


Sungguh sore yang sangat indah. Sepanjang perjalanan pulang kerumahnya kami tidak berhenti saling meremas jemari dan berpegang tangan. Kami tidak lagi kikuk segala beban di hati telah tercurahkan. Kami rupanya telah lama saling tertarik dan menginginkan. Tetapi keadaan harus menunda semua hasrat kami tersebut.


Minggu pagi merupakan hari tutup toko, tetapi pagi itu aku bangun lebih pagi dari biasanya, tidak seperti biasanya aku menyiapkan the manis hangat untuk istriku yang telah menghadiahiku keperawanan, seorang anak yang kini masih dalam kandungan dan seorang ibu jelita yang secara diam-diam menjadi madunya juga.


Riri nampak bahagia dengan surprise ku. Aku telah minta ijin untuk pergi menemui rekan bisnis di hari minggu ini. Ketika dia merasa keberatan karena cemburu, aku menyarankan agar ibunya saja menemaniku untuk menjadi semacam satpam bagiku. Dia setuju, ayah mertuakupun setuju. Ibu mertua dan kekasihku sedikit bersandiwara dengan pura-pura sedikit keberatan untuk bepergian di hari minggu pagi. Dia menyarankan suaminya yang menggantikan menemaniku, tentu dengan perhitungan suaminya pasti menolak karena hari minggu merupakan ‘hari besar’ baginya untuk memuaskan hasrat memancingnya.


Jadilah jam delapan pagi aku telah berada di jalan menjemput kekasihku untuk sebuah perjalan bulan madu kami.


Aku terpana saat Yayu membukakan pintu dia sudah berdandan demikian cantik. Sebuah kemeja aneka warna nan ketat dan celana panjang nan chick sangat serasi dengan postur serta warna kulitnya yang tinggi langsing dan kuning langsat. Saat aku tiba ayah mertuaku sudah tidak ada di rumah dan Randi adik Riris masih tidur. Menyadari tidak ada bahaya mengintai aku segera mencium pipinya, tetapi dia menolak saat aku hendak melumat bibirnya yang mengenakan lipstick warna muda.


‘Nantiiiiiii…… sabar, sedikit. Tahan nafsumu, bisa berbahaya kalau kebablasan.’ Katanya dengan lirih.


‘Habis kamu cantik sekali…..’ Ia merengut manja, aku menowel dagunya.


Sepanjang perjalanan dia terus tersenyum manja dan bahagia, aku telah memesan sebuah vila di sebuah resort wisata berikut semua logistic terbaik dengan perjanjian sebelum jam tengah sepuluh logistic sudah harus ada.


Kesanalah kini kendaraan aku arahkan.


Dia menggelendot manja di bahuku, sesekali menciumi pipiku, aku merasa sangat tersanjung dan bahagia.


Kami layaknya pengatin remaja yang tengah dalam perjalanan menuju bulan madu.


Villa ini telah sering aku gunakan untuk beristirahat. Ririspun pernah tidur di sini saat sebelum hamil. Tetapi kali ini aku merasa jauh lebih bergairah melangkahkan kakiku ke sana. Aku tahu semua gelora asmara akan lebih bebas tertumpah saat ini.


Ketika aku mengambil kunci villa petugas villa mengkonfirmasi bahwa semua pesananku sudah penuh. Kuberi dia tip lebih besar dari biasanya. Matanya berbinar.


‘Dengan istri ?’


Aku mengangguk. ‘Pastikan jangan ada seorangpun mendekati pagar villa, mungkin aku akan bercinta di luar gedung villa.’


‘Beres boooos…..’


Pagar Villa telah terbuka, aku masuk dan kemudian menguncinya dari dalam. Villa ini terletak di lokasi tersembunyi dari resort wisata ini, sejuk dan akan sangat nyaman untuk bercinta. Taripnya memang hampir dua kali lipat dari villa lain, tapi bulan madu adalah suatu yang istimewa bukan ?


Saat aku memarkir mobil di garasi villa, Yayu tidak henti mengagumi keindahan villa tempat yang selama pagi hingga menjelang malam nanti menjadi arena kami bercinta. Aku segera membuka pintunya, udara terasa demikian segar dan syahdu. Aku bopong dia memasuki villa. Kontolku menegang sempurna saat tanganku menjamah bokong indahnya meski masih tertutup rapat celana panjangnya.


Di sofa aku memangkunya. Ia kini amat rakus menciumku, aku tidak tahan juga menjawab serangannya, dengan hati-hati aku mencopoti baju dan celananya agar tidak kusut. Diapun sigap mempereteli pakaianku. Aku tidak terburu-buru menikmati puncak nafsu. Aku ingin menciumi setiap inci keindahan kulit dan tubuhnya, aku sengaja hanya melepaskan BH-nya saja tanpa melepas celana dalam tipisnya yang jelas telah basah oleh cairan kewanitaannya. Aku dekap bawah ketiaknya aku sosor buah dadanya yang besar ranum, dia merem melek menikmati lumatanku. Rintihannya begitu merangsang birahiku tetapi aku berketetapan untuk mengaturnya. Aku ingin menikmati menit demi menit persenggamaan ini dengan syahdu dan nikmat. Aku masih terus bermain di seputar dadanya. Buah dada itu sungguh sangat merangsang birahiku, tanganku mulai bergerilya meremas pantat dan mengelus memeknya, sementara tangan halus mulusnya meremas apa saja dalam tubuhku menahan gelora birahinya yang memuncak. Aku kemudaian melepas dia dari pangkuanku, segera aku duduk di depanya, kuciumi kaki mulus panjangnya dengan rakus, aku tempelkan rudalku melahap inci demi inci kulit halus mulusnya, aku harus menodai semua yang ada pada dirinya hari ini. Dia menggelinjang-gelinjang dan merintih rintih. Aku terus menciumi paha dan betisnya. Sementara sebuah tanganku mulai mengelus-elus memeknya dari luar celana dalamnya yang basah kuyup. Saat jari tengahku masuk menyentuh kelentitnya dia tampak terkejut. Aku menyerangnya dari semua sisi, mulut dan lidahku menciumi betis dan pahanya. Tangan kiriku , meremas-remas pantat kencangnya tangankananku masuk kedalam memeknya. Ia tidak berkutik menerima seranganku sehingga dia tidak melakukan apa – apa kecuali merintih keenakan. Aku puas karena telah menyengankan hasrat kekasihku.


Mungkin karena sudah tidak tahan dia kemudian melepas dengan cepat celana dalamnya sendiri, harum memeknya semakin menarik birahiku naik. Gundukan daging sobek nan merangsang itu kini hanya beberapa mili dari hidungku, aku menyosor pangkal pahanya yang mulus, dia menjerit. Air kewanitaannya luber membasahi memeknya, rambut memeknya lebat, kontras dengan kulit kuning langsat di sekitarnya. Aku mencium paha mulusya dengan penuh perasaan dia melenguh, merintih, tangannya menggapai kepalaku. Rambutku diremasnya. Kulit pahanya begitu halus mulus, otot-otot pahanya kencang, dia pasti rajin fitness. Pohon yang kutanam kini telah menghasilkna buah, dan aku kini memanennya. Tubuh dewasanya benar-benar molek sempurna, setelah puas menyosor daerah paha dan sekitarnya aku menghentikan aktivitas penyerbuanku. Aku berdiri lalu kubuka semua jendela villa agar terang matahari menyinari kamar kami, lampu-lampunyapun aku hidupkan.


Yayu berusaha memprotes takut diintip orang, aku lalu meyakinkannya bahwa seluruh villa ditembok cukup tinggi.


Aku ingin cahaya sebanyak mungkin menerangi tubuh bugil nan indahnya sehingga dapat kunikmati inci demi inci. Aku kembali ke ranjang, dia berusaha menutupi memek dan buah dadanya.


Kemudian dengan penuh mesra aku meminta dia membiarkan seluruh tubuhnya terbuka sepenuhnya tanpa ditutupi tangan indahnya. Dengan malu malu dia membuka kedua tangannya, aku menatap seluruh bagian tubuhnya dengan penuh gairah. Memang indah sekali, kaki jenjangnya, betis mulus panjangnya, pahanya yang ranum, perutnya nan langsing, keindahan postur itu masih dilengkapi dengan kulit kuning mulus dan halus laksana sutra sungguh membuatku menjadi benar-benar mabuk kepayang. Kali ini aku sungguh merasa sangat beruntung diberi kesempatan untuk berdua dengan seseorang secantik Dewi Shinta. Tentu saja aku bukan Rahwana pria sial yang sampai mati tidak pernah memiliki kesempatan untuk menjamah perempuan yang dipujanya…….. Aku telah menjamahnya dan segera akan kujamah dan kunikmati lagi setiap segi keindahannya tersebut dengan gairah dan birahiku.


Aku duduk bersimpuh di pinggir ranjang, kupandangi dengan takjub tubuh bugil mertuaku, dia memang maha karya dari semesta. Pinggang dan lekuk bokongnya seungguh sangat girly, pria normal manapun akan sangat terangsang untuk menggauli dan menumpahkan benih tersuburnya pada rahim dengan bentuk amat elok tersebut. Ini merupakan reaksi alamiah kukira…… Dengan hati-hati kuelus paha dan lekuk pantatnya. Ia merintih, pandangan mataku yang penuh gairahpun agaknya telah membuat dia terangsang. Aku lihat diantara lipatan memeknya, cairan kental dengan bau khasnya telah kembali terkonsentrasi, dia mencoba menutupinya dengan cara melipat paha, mungkin malu.


Aku masih mengelus lembut paha dan pantatnya. Lalu aku rebah dengan posisi sedikit menindih bagian atas tubuhnya. Dia menatapku dengan gairah dan rasa terima kasih, aku lumat bibir indahnya dalam senyum. Kuperoleh balasan setimpal, dia melumat bibirku juga. Begitu lama kami berpagutan, menikmati gelora cinta yang berpendar diantara kami. Ceplak, ceplok bibir kami saling memagut, kesyahduan ini perlahan bergerak meliar, tanganku mulai bergerilya ke mana saja, diapun mulai meremas-remas punggungku dan tangan satunya mulai mengelus-elus batang kejantananku yang sudah berdiri menegang sempurna. Erangannya mulai terdengar lagi erotis, aku nyungsep di dada montoknya, kuremas, kusosor tetek sangat menggairahkan milik mertuaku tersebut, dia menggelinjang-gelinjnag.


‘Aaaaah, oooooh, oooooogh, Adiiiiiiiiiiiiii sayang……..ini enak sekali sungguh.’ Begitulah rintihan erotis birahinya. Aku terus menjaga gelora nafsuku agar tetap terkendali. Aku peluk erat bagian atas tubuhnya sehingga kedua tetekranya mengampit erat dadaku. Dalam posisi itu aku ciumi leher dan sekujur wajahnya lebih bernafsu, dia balas memeluku, menyerang leher dan wajahju juga. Desahannya kian bergelora, nafsunya makin menggelegak. Kontolku mulai dikocok dengan sedikit lebih cepat, nikmaaaaaaat…………… Tangnnya begitu halus dan hangat.


Puas menikmati leher jenjang dan wajah ayunya, aku segera beralih ke selangkangannya. Dalam cahaya siang, kusibak rambut memeknya, cairan kental telah meluber di sana sini. Dengan selangkangan putih mulusnya, maka memek ini nampak demikian rekah menarik. Merah segar warna dindingnya, sementara cairan epitelnya mengingatkan aku pada buah semangka yang di dilumuri saus bening. Aroma memeknya sungguh khas. Kukira dia kini sedang berada pada saat puncak suburnya. Oooooh, betapa birahiku terasa demikian menghentak. Aku menyerang memeknya dengan sosoran lembut bertenaga, dia menggeliat-geliat saat aku menyerot seluruh cairannya. Lidahku kemudian dengan liar menyapu seluruh permukaan memek merahnya, tandas keminum cairan birahinya itu. Aku meraih bintil klitorisnya dengan lidahku, dia mengejat, memekik lirih dan spontan menggoyangkan pinggulnya tanda terangsang hebat. Rintihanya terdengar merdu merangsang.


Dengan seluruh wajah terbenam di selangkangannya, tanganku masih berusaha tetap menguasai daerah dadanya pula. Dia menjerit-jerit nikmat saat klitorisnya kugigit-gigit penuh nafsu, cairan kewanitaannya tidak berhenti mengalir dari dalam rahimnya. Aku semakin bernafsu saat dia meregang orgasme, kepalaku dikempit paha mulusnya dengan keras, kemudian dia merancau dan menggelepar-gelepar. Lidahku semakin bersemangat melumat memeknya, kontolku melonjak-lonjak begitu tegang minta jatah.


Saat mertuaku mulai turun dari puncak orgasmenya aku segera beralih merangsang leher dan dadanya, dia nampak kelelahan melayaniku. Tetapi aku tidak perduli, aku tahu benar, sebantar lagi dia akan kembali in untuk kusetubuhi.


Tidak berapa lama dia mulai memperlihatkan tanda-tanda peningkatan nafsunya lagi, kali ini aku langsung mensejajarkan tubuhku dengan tubuh terlentangnya, aku segera menyentuhkan ujung kontolku yang amat tegang ke bibir memeknya. Dia tersenyum penuh terima kasih menyadari aku segera akan melakukan serangan puncak. Selangkangannya dia buka lebar, kemudian memeluk tubuhku lebih erat bersiap untuk kembali ke puncak kenikmatan, puncak kebersamaan, seiring dengan mulai kutusukan rudalku ke memeknya, aku melumat mesra bibirnya.


‘Eeeeh, eeeeh, eeeh………..’ Erangan sensual tersebut masih tetap keluar dari mulutnya saat dengan perlahan namun pasti rudalku mulai menusuk masuk ke lubang surgawinya. Meski sudah sangat licin karena cairan kewanitaannya terus mengalir tetapi kurasakan bahwa jepitan memek mertua dan istri gelapku ini masih sempurna. Terasa benar rudalku penuh memenuhi rongga kelaminnya, mengaduk-aduk memeknya.


Tidak seperti kemarin sore. Kali ini dia sudah lebih rileks dan terbuka. Tanpa menunggu waktu segera saja dia goyang pinggulnya sesaat setelah ujung kontolku tercelup sempurna di liang kewanitaannya serta ujung rahimnya telah kusentuh.


Goyangannya tidak terlalu kencang, tetapi ritmis erotis dan bertenaga. Dia benar-benar seniman ranjang. Gairah rupanya telah memberi dorongan kepadanya untuk segera melakukan semua hal terbaik di ranjang. Aku merem melek menikmati goyanganya, segera aku menyerang daerah-daerah sensitifnya agar gelora birahinya kian memuncak. Aku cium bawah telinganya dan kugesek-gesekan kumisku yang tebal untuk merangsangnya, dia memendesah-desah tanganya mencengkeram tubuhku lebih erat lalu kedutan dan empotan memeknya terasa lebih keras bertenaga. Rintihanya membuatku semakin mabuk kepayang. Tetapi aku berusaha sekuat tenaga untuk mengendalikan situasi aku tidak melakukan pompaan apapun ke memeknya, sepenuhnya aku menikmati goyangan dan empotan memeknya yang demikian nikmaaaatnya.


Aku mengerang, merintih……jiwaku telah menikmati orgasme.


Mendegar rintihanku dia membuka mata, empotan memeknya kian terasa.


Dia tersenyum,


‘Kamu menikmati persenggamaan ini sayang……?’ Tanyanya manja mesra.


‘Aku menikmati, lebih dari yang aku bayangkan……Kamu seniman ranjang sayang.’ Kataku jujur.


Dia tersenyum manis, aku segera saja menyerang bibirnya yang menggemaskan dia membalas cipokanku dengan lebih ganas sambil merintih-rintih. Goyangannya menjadi liar dan kian liar. Dia memeluk erat tubuhku, teteknya yang subur benar-benar tergencet dadaku. Sekujur tubuhnya mengejang………… Tidak berapa lama kemudian dia memekik………. Dia orgasme……….


Di ujung orgasmenya dia mencengkeram punggunku, kedutan-kedutan memeknya sungguh luar biasa.


Puncak itu ia lalui beberapa menit, keringat mulai deras membasahi wajah ayunya. Setelah tenang dia membelai rambutku pancaran matanya menyatakan berjuta terima kasih padaku.


‘Aku kalah lagi…….’ Katanya menyesali orgasmenya.


Aku tutup bibir indahnya dengan jari telunjukku.


‘Bersenggama bukan pertandingan kalah menang, tetapi kerja sama dua tubuh dua jiwa….Kamu akan orgasme lagi, aku akan orgasme juga nanti. Aku bahagia mampu membuat kamu orgasme….. dan aku janji untuk membuatku begini lagi sampai lemas….’ Kataku setengah berbisik.


Ia tersenyum manja. Kami berpagutan. Kontolku masih tegang sempurna dalam jepitan memeknya yang kini masah kuyup karena maninya yang beru tersembur.


Aku kocok pelan-pelan dan ritmis.


Dia memejamkan mata indahnya menikmati seranganku.


Meski masih sedikit lemas dia memaksa diri menggoyangkan pinggulnya.


Sepasang bukit kembarnya berkilat-kilat karena keringat. Nampak kembali mengeras, aku mengusulkan agar ganti posisi.


Kini dia di atasku, aku menggenjotnya dari bawah. Bibirku melumat teteknya yang menggantung.


Dia meronta menahan nikmat birahi. Goyangannya kembali liar. Aku membalas dengan sodokan penuh tenaga.


Clak,clok,clak, clok……….. Bunyi entotanku terdengar jelas diantara desau angin gunung. Dia merem melek menikmati puncak kenikmatan ini.


Aku meremas tetek dan menyosornya. Tentu saja membuat dia semakin memuncak birahinya karena kumisku yang keras menggelitik teteknya.


Dia mulai kesetanan, goyangannya liar, desahannyapun kian meninggi dan sangat sexy.


Aku mengimbanginya, terdengar derit ranjang tempat kami bergumul. Nafasnya kian memburu, teteknya menegang dan naik turun karena gerakan pinggulnya menggauliku.


Keringat kami kembali menetes, goyangannya semakin menggila, aku merasa rudalku seperti disedot-sedot dan dipelintir.


Seluruh tubuhnya menegang dan dia merancau tidak karuan, orgasme……….dia menjabak dan mencium bibirku begitu liar. Dia orgasme lagi…… sesaat kemudian dia menghentikan goyangannya dan melemas……


Ia menciumku mesra sekali, nafasnya terengah, keringat membanjiri seluruh tubuhnya…..


‘Aku keluar lagi….. Terima kasih…’ Katanya dengan mata sayu dan wajah penuh kepuasan birahi.


Aku tersenyum dan kulumat bibirnya, kami saling pagut lagi.


Kali ini aku ‘tidak memberi ampun dia’ meski baru saja dia orgasme aku tidak memberi jeda. Segera kubalik tubuhnya dengan kontol tegangku masih menancap sempurna di selangkangannya. Aku tindih penuh tubuhnya. Dia menggelayutkan dua kakinya bersilang di pingganggku. Sikap pasrah dan penyerahan diri total. Memandangku sayu dalam kepuasan dan keinginan terakhir menuju puncak.


Tak kuberi ampun dia. Birahiku memuncak, kugenjot pantatku naik turun dengan cepat dan ganas, kusosor bibirnya dengan ganas pula.


Aku tindih teteknya, lalu pentil teteknya ku remas penuh nafsu, dia merintih – rintih, paha mulus halusnya mendekap selangkanganku, rintihan serta desahannya membuaiku.


Aku menggenjot dengan liar,


Aku kambing jantan yang birahi kini,


Dia betina terbaikku yang seksi,


Kuentot dia, kunodai rahimnya.


Cumbuan, rangsangan serta entotanku yang ganas rupanya telah membuat dia kembali ‘naik’.


Dia tidak lagi pasif,


Mulai mengimbangi seranganku dengan goyangannya yang liar.


Dia merintih lebih keras, merancau dengan kata-kata tidak karuan.


Akupun mendesis-desis, kurasa nafsuku kini tengah merayapi puncak.


Oooooh…………aku merasa perjalan maniku tidak lagi bisa ku tahan, rasanya begitu sensasional.


Aku mengocok memeknya lebih keras, seperti kesetanan.


Dia pun terengah, menjerit mencengkeram dan menegang.


Aku lumat bibirnya keras dan rakus.


Dia mengampit pinggangku keras sekali, melenguh dan mendesis.


Aku kocok, aku masukan rudalku sedalam-dalamnya.


Lalu ……… ooooooh. Ser-ser, crot,crot,crot….. air maniku sepertinya berpesta menikmati penglepasan ini.


Aku melayang, dia menjerit orgasme. Memeknya berkedut-kedut liar, kontolku diperasnya dengan nikmat.


Beberapa saat kami mebisu di puncak bahagia, ia membelai-belai punggungku, aku membelai rambut indahnya. Ia tersenyum bahagia, akupun begitu. Kami saling mengecup lamaaaaaaaaaaaaaaaaaaa sekali. Kecupan kemesraan, kecupan cinta.


‘Kamu lelaki jantan dambaanku. Mengapa harus kudapatkan kamu dengan cara mencuri seperti ini?’ Katanya antara bahagia dan sedih.


‘Kamu tidak mencuri dari siapapun dalam hal cinta.’


Ia membelai rambutku memelukku erat.


‘Jangan dulu turun ya sayang.’


Aku mengangguk.


Hari itu kami benar-benar memuaskan hasrat birahi kami gila-gilaan. Di kamar, sofa, kamar mandi di taman belakang kami bersetubuh, bercinta, bersenggama.


Sungguh bulan madu sederhana yang benar-benar indah.


Ketika hendak pulang sore dia bahkan merasa sedikit nyeri di memeknya macam perawan yang baru bersetubuh pertama kali. Kami tersenyum mendapati kenyataan itu.


Kontolkupun terasa sedikit ngilu karena kebanyakan bersetubuh.


Kami menertawakan kelakuan kami hari ini. Tentu dengan percandaan nan mesra. Sore yang berat pun tiba, kami harus berpisah juga. Kami masih tersenyum melihat sprei kamar kami yang penuh noda sperma di sana sini….. Biarin aku toh memberi tip lebih kepada mereka.


Asmara kami semakin menggebu sesudah itu, setiap hari kami menikmati persenggamaan saat toko kami tutup. Kadang sekali, kadang dua atau tiga kali tergantung situasi.


Dua bulan sesudah itu mertuaku hamil, tentu saja dia mengandung anakku. Tidak seperti Riris, dia malah semakin binal saat mengandung.


Hubungan asmara kami menghasilkan sepasang anak. Dara anak gadis kami pertama dan Dani anak kami kedua. Mereka memiliki kulit kuning langsat seperti kami. Cantik dan ganteng sekali anak-anak kami. Ibunya cantik sedang bapaknya……Ehm, menurut teman dan pacar-pacarku dulu aku memiliki wajah dan postur yang lebih dari cukup untuk merayu perempuan manapun. Setelah memiliki dua anak dariku dia menggunakan kontrasepsi sebab yakin bila tidak tentu akan hamil lagi akibat nafsu kami.


Dari Riri aku memperoleh dua anak cantik – cantik. Kini aku ayah dari empat orang anak dalam kurun kurang dari empat tahun. Setiap hari aku mendapatkan pelayanan seks dari ibu nan jelita dan anaknya yang ayu….. Mungkin karena kebahagian kami, maka usahaku tumbuh pesat. Mertuaku kubuatkan toko besar juga saat pensiun. Ini merupakan usaha menafkahi anak-anakku sendiri secara diam-diam. Karena bagaimanapun hubunganku dengan Yayu tidak boleh diketahui orang lain. Aku dan mertuaku makin mesra saja dalam berhubungan, ya kami ternyata memang saling jatuh cinta. Pemenuhan hasrat jiwa ini, berimbas pada sikapku dalam keluarga. Menurut Riris aku adalah suami sempurna. Menurut ibunya aku adalah kekasih istimewa. Aaaaaaaaaaaah, sungguh beruntungnya diriku.




2 komentar: